Asosiasi Planter Muda Indonesia (APMI) dan BPDP Fokus Tingkatkan Produksi Perkebunan Sawit Rakyat
(Yogyakarta, DIY) - Asosiasi Planter Muda Indonesia (APMI) bekerjasama dengan Badan Penyalur Dana Perkebunan (BPDP) saat ini terus menggenjot produksi Perkebunan Sawit Rakyat. Sebagai bentuk upaya meningkatkan produksi sawit dalam negeri, APMI pun menyelenggarakan Konsolidasi dan Workshop Nasional di Aula AKPY STIPER Yogyakarta, mulai 23-24 April 2025.
Ketua Badan Pengurus Pusat (BPP) APMI, Muhammad Nur Fadillah menyampaikan pada hari pertama konsolidasi dibahas terkait beasiswa sawit kemudian pada hari kedua berupa workshop pelatihan drone perkebunan sawit. Kegiatan ini diikuti 500 mahasiswa dari 23 perguruan tinggi penyelenggara beasiswa sawit di seluruh Indonesia.
"Beasiswa sawit itu program Kementerian Pertanian dan Badan Pengelola Dana Perkebunan. Beasiswa Sawit telah digulirkan sejak tahun 2016 gitu, tujuan awalnya untuk meningkatkan produktivitas perkebunan kelapa sawit rakyat," jelas Fadillah, Rabu (23/4/2025)
Kegiatan konsolidasi ini, Kata Fadillah, untuk menata dan merefleksikan niat awal dan tujuan awal di bentuknya program beasiswa ini untuk membantu petani sawit rakyat. Kemudian akan dikembangkan Gerakan Klinik Perkebunan Rakyat yang mengusung model "1 Mahasiswa 1 Petani".
"Jadi goalsnya akan ada rekomendasi solusi berupa rekomendasi kebijakan, program pengabdian kepada petani, dan digitalisasi untuk advokasi petani," jelasnya.
Sementara untuk pelatihan drone, harapannya memberikan pengetahuan kepada peserta agar kiranya untuk bisa membantu petani dalam bertranformasi teknologi dan mempercepat sertifikasi ISPO. "Kemudian kalau workshop-nya ini tentang pelatihan menjadi pilot drone, pemetaan spesial, hingga sistem monitoring tanaman berbasis data." ungkap Fadillah.
Fadillah mengatakan, terkait dengan kebijakan Amerika Serikat yang menaikkan tarif import, pihaknya akan fokus menggejot produksi sawit dalam negeri. Upayanya dilakukan dengan memprioritaskan hilirisasi di perkebunan rakyat.
"Asosiasi Planters Muda Indonesia (APMI) memprioritaskan hilirisasi di perkebunan rakyat. Sebagai planter muda sedang fokus peningkatan produktivitas, sehingga bagaimana cara meningkatkan produksi hulu dan produk olahan agar kami tidak bergantung pada ekspor,” ujar Fadillah.
sapaannya.
Menurutnya, produksi sawit yang berasal dari perkebunan rakyat sampai saat ini masih rendah. Baru sekitar 2 sampai 3 ton crude palm oil (CPO) atau minyak sawit mentah. Sehingga perlu peningkatan produksi dari hulu. “Sebab untuk hulunya masih rendah namun permintaannya banyak,” terangnya.
Sementara, menurut Direktur Penyalur Dana BPDP Mohammad Alansyah, melalui kegiatan yang didukung oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) pihaknya ingin menyusun langkah strategis peningkatan produksi sawit dari perkebunan rakyat.
Ia menyampaikan, melalui kegiatan workshop dan konsolidasi tersebut diharapkan APMI bisa membantu pemerintah. Khususnya dalam kontribusi anak muda terhadap peningkatan produksi kelapa sawit di Indonesia.
Menyikapi situasi perang dagang yang saat ini terjadi, Alansyah mengaku, pihaknya akan mengikuti arahan presiden, yakni mengoptimalkan produk panhan untuk konsumsi dalam negeri. Apalagi sawit juga merupakan salah satu komoditas yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan pokok. Misalnya minyak goreng dan biodiesel.
“Jadi kami tidak pernah khawatir, meski produksi sawit meningkat tetap akan terserap untuk dalam negeri. Sehingga produksinya harus tetap terjaga dan meningkat,” katanya.
Ia menyampaikan, meski nantinya kondisi perang dagang akan berpengaruh terhadap ekspor sawit CPO maupun produk olahannya. Dia memastikan produk sawit tetap akan terserap. Apalagi permintaan dalam negeri juga tergolong tinggi.
"Oleh karena itu, tantangan terbesar dalam industri sawit dalam lingkup perkebunan rakyat adalah bagaimana meningkatkan produksi," ungkapnya.
Hal senada, Eko Jaya Siallagan, Wakil Sekretaris DPP APKASINDO menegaskan bahwa sawit rakyat merupakan masa depan perekoniman nasional karena menjadi penyumbang devisa.
"Dengan kontribusi mencapai lebih dari 12 persen ekspor nasional dan menyerap 16 juta tenaga kerja industri kelapa sawit Indonesia, tidak hanya menjadi penopang utama ekonomi, saat ini tantangan kedepan yakni produktivitas dan keberlanjutan perkebunan sawit rakyat yang meliputi 41,6 persen dari total 16,38 juta hektar perkebunan sawit nasional," pungkasnya. (Raya Sanjiwani)
0 Comment