Dari Kolam ke Dapur: Kisah Komunitas Disabilitas Durajaya Menciptakan ‘Abon Lenting’ Lezat Penangkal Stunting

(Cirebon) – Di tengah upaya gencar Pemerintah mengatasi masalah stunting, sebuah inovasi teknologi pangan yang unik muncul dari Desa Durajaya, Kecamatan Greged, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Bukan hanya fokus pada gizi, program ini juga berhasil merangkul dan memberdayakan Komunitas Disabilitas setempat, mengubah keterbatasan menjadi kemandirian ekonomi.
Adalah Abon Lele Pencegah Stunting (Abon Lenting), produk olahan lezat yang menjadi fokus utama dari kegiatan pemberdayaan masyarakat yang didukung penuh oleh Kemdikbudristek melalui program Hibah BEM Berdampak.
Program ini digerakkan oleh Komunitas Disabilitas di Desa Durajaya yang diketuai oleh Linda, dengan pendampingan intensif dari tim mahasiswa dan dosen Universitas Muhammadiyah Ahmad Dahlan Cirebon (UMMADA).
"Melalui pelatihan kemandirian kesehatan, yang disebut program pemberdayaan masyarakat oleh BEM UMMADA Cirebon, diharapkan bisa membantu meningkatkan kesehatan masyarakat," jelas Linda, Ketua Komunitas Disabilitas.
Sebanyak 20 peserta dari komunitas disabilitas menunjukkan semangat yang luar biasa. "Meski memiliki keterbatasan fisik, namun para peserta yang berjumlah 20 orang tersebut cukup antusias mengikuti pelatihan kemandirian kesehatan ini," ujar Diyanah, salah satu Tim Dosen Pendamping.
Inovasi Abon Lenting ini memanfaatkan potensi lokal, yaitu hasil ternak lele dari Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Lele dipilih karena kandungan proteinnya yang tinggi dan sangat efektif dalam pemenuhan gizi untuk mencegah stunting.
Pembuatan abon ini menjadi pintu gerbang bagi para peserta untuk mendapatkan keterampilan produksi pangan yang bernilai jual, sekaligus menumbuhkan rasa percaya diri.
Melalui program pemberdayaan masyarakat oleh BEM universitas Muhammadiyah Ahmad Dahlan Cirebon dengan ketua tim mahasiswa (ketua pelaksana) M. Zacki dan anggota aktif BEM universitas serta Tim Dosen yang terdiri dari Diyanah K, Fika Nurul H dan Tomi tidak hanya mengajarkan cara mengolah abon. Mereka juga membekali peserta dengan keterampilan vital dalam bidang kesehatan.
Dalam program ini, sekitar 25 kader pendamping disabilitas turut dilibatkan. Mereka menerima pelatihan praktis dalam hal penggunaan alat pemeriksaan tekanan darah, Pengecekan Hb (Hemoglobin), Pemeriksaan asam urat, kolesterol, dan gula darah, pemeriksaan suhu dan BB serta penggunaan oksimeter.
"Pelatihan ini bertujuan ganda. Selain mampu memproduksi pangan bergizi, mereka juga dibekali pengetahuan dan alat untuk memantau kesehatan mandiri," pungkas Diyanah.
Program Abon Lenting di Durajaya ini membuktikan bahwa inovasi pencegahan stunting bisa berjalan beriringan dengan pemberdayaan masyarakat, menciptakan produk unggulan yang sehat, sekaligus memberikan harapan kemandirian bagi komunitas disabilitas. (Rsi)
0 Comment