Eco Enzym, Inovasi Pengelolaan Sampah Yang Ramah Lingkungan
(Yogyakarta DIY) Sampah masih menjadi persoalan di banyak kota di dunia termasuk di Indonesia. Pengelolaan sampah mulai dari hulu ke hilir melalui program Bank Sampah telah menjadi solusi untuk bagaimana kesadaran masyarakat memilah sampah organik dan anorganik bisa terus berjalan.
Berbagai program pun dilakukan untuk mereduksi sampah, salah satunya dengan Eco Enzyme. Untuk mengetahui bagaimana proses Eco Enzyme tersebut, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Jogja berkunjung ke Bank Sampah Induk Kota Batu, Senin (6/3/2023).
Inovasi Eco Enzym garapan Eco Enzym Nusantara, Kota Batu digadang-gadang menjadi solusi permasalahan ini. Lantaran, inovasi ini dapat menguraikan sampah organik menjadi zat bermanfaat bagi tanah dengan hanya menyemprotkannya saja.
Dengan sistem Eco Enzym, kini warga di Kota Batu memiliki sistem pengolahan sampah yang dimulai sejak dari rumah. Yakni, sampah organik disemprot dengan Eco Enzym sehingga menjadi zat yang baik untuk tanah. Ekoenzim atau ecoenzyme adalah larutan kompleks hasil fermentasi dari limbah organik seperti limbah buah dan sayuran dengan gula merah atau molase dan air dengan bantuan mikroorganisme selektif dari kelompok jamur dan bakteri selama 3 bulan.
Ketua DPRD Kota Jogja, Danang Rudiyatmoko mengatakan melalui kunjungan ini, pihaknya bisa belajar langsung mengelola sampah di hulu dan di tengah.
Mengolah sampah menjadi eco-enzyme bertujuan agar sampah sayuran dan buah-buahan tidak langsung dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
"Eco-enzyme memiliki banyak manfaat, mengurangi pembelian sabun cuci, untuk gatal-gatal, saat pandemi juga bisa dimanfaatkan untuk menyemprot, dan bermanfaat saat terjadi Penyakit Mulut dan Kuku [PMK]," tuturnya.
Menurutnya masalah sampah tidak hanya dihadapi Kota Jogja. Tempat pembuangan sampah di Kota Batu juga akan penuh tahun depan. Sehingga pengelolaan sampah harus dikerjakan dengan serius.
"Kami sangat serius dalam mengelola sampah. Teman-teman di Batu juga pernah berkunjung ke Sampah Terpadu [TPST] Piyungan," ucap dia.
Sampah, kata dia, bisa diolah menjadi eco-enzyme, sehingga produksi sampah rumah tangga bisa ditekan. Di Kota Batu, menurutnya ada Desa Sumbergondo yang sudah bisa mengelola sampahnya secara mandiri.
"Produksi sampah di Kota Batu mencapai 130 ton, dan di Jogja 260 ton. Bagaimana ini produksi sampah ini ditekan dan diminimalkan. Setidaknya melalui kunjungan ini bisa melihat langsung bagaimana Kota Batu serius dalam mengelola sampah," paparnya.
Kepala Bidang Pengelolaan Persampahan dan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batu, Vardian Budi Santoso mengatakan di Kota Batu ada 208 bank sampah. Di dalam mengelola sampah DLH dibantu oleh para penyuluh.
Ada juga Kelompok Usaha Daur Ulang (KUDU) yang memberikan pelatihan pembuatan tas dan produk lainnya dari sampah. Data-data terkait dengan daur ulang sampah akan dilakukan evaluasi secara rutin.
"Kami sangat support bank sampah, hampir 170-an bank sampah yang aktif sekali. Sisanya masih ada yang tersendat-sendat," ucap dia.
Sementara itu, Penyuluh Bank Sampah se-Kota Batu, Gatot Susanto menyampaikan jumlah bank sampah ini meningkat tinggi di 2022. Pada 2021 ada 188 bank sampah dan di 2022 bertambah 20 bank sampah sehingga totalnya mencapai 208 bank sampah.
Tidak semua bank sampah berjalan lancar, ada juga kendala-kendala sejak Covid-19 dua tahun lalu hampir vakum. Sekitar 10% masih vakum atau kegiatannya yang masih menurun.
"Kadang kami ada undangan di Sabtu dan Minggu, kami sosialisasi ke bank sampah yang kegiatannya menurun. Agar ada peningkatan untuk mengurangi sampahnya," jelasnya. (Raya Sanjiwani)
0 Comment