post image

Jelang Tahun Baru, Warga Miliran Yogyakarta Gelar Festival Nyekar Bareng dengan Titir Keliling Kampung Hingga Reresik Sarean

  • Administrator
  • 30 Dec 2024
  • Event

Caption foto: Warga kampung Miliran Kota Yogyakarta akan menggelar tradisi Festival Nyekar Bareng. (Doc).

(Yogyakarta, DIY) - Menjelang pergantian Tahun Baru 2025, warga Kampung Miliran Yogyakarta, menggelar Festival Nyekar Bareng.  Festival Nyekar Bareng ini akan digelar pada Selasa (31/12/2024) mulai Pukul 15.30 di Kampung Miliran, Muja-Muju, Umbulharjo, Kota Yogyakarta

Festival Nyekar Bareng akan ditandai dengan menabuh kentongan dengan irama titir yang dipilih sebagai penanda undangan bagi seluruh warga untuk keluar rumah.

Ketua RT 13, Haryono menjelaskan secara umum padahal bunyi kentongan lima kali berturut-turut (titir) digunakan untuk tanda telah terjadi peristiwa negatif, seperti pencurian.

Namun, irama itu yang disepakati dengan mengubah maknanya menjadi tanda yang bersifat positif, yakni mengembalikan kerukunan dan kebersamaan warga kampung.

"Start dari Pos Ronda RT 13 sampai Sarean Miliran. Terbuka bagi seluruh warga Miliran dan siapapun yang ingin bergabung. Silahkan membawa bunga tabur dan peralatan sendiri. Menghormati leluhur adalah kewajiban. Jangan lupakan akarmu!," ungkapnya

Haryono mengungkapkan jika warga Miliran telah memposisikan fungsi sosial komunikasi dengan media kentongan untuk memperkuat sistem sosial yang semula bercorak patembayan menjadi kembali memuat semangat paguyuban.

"Komunikasi dalam ritual ini tidak terbatas untuk membangun komunitas, tetapi juga untuk melestarikan nilai dan norma yang sudah ada sejak lama" kata Haryono.

Reresik dan nyekar bersama di makam kampung tidak hanya diharapkan dapat memperkuat relasi sosial antar warga, tetapi juga menghidupkan kembali komunikasi antara warga dengan anggota keluarga yang telah pergi mendahului, serta dengan leluhur kampung.

Para orangtua akan membantu anak-anak dan remaja yang terlibat menjelaskan sejarah dan garis silsilah keluarga. Semua akan belajar saling menghargai kehidupan, baik di kehidupan di dunia maupun kehidupan setelah mati. Penghormatan akan dilakukan dengan berdoa dan bersama-sama membersihkan lingkungan makam.

Sebagai ritual akhir tahun, Festival Nyekar Bersama ini juga menjadi salah satu oasis kebersamaan warga kampung, yang kian hari makin sulit ditemukan di ruang publik kota Yogyakarta. Kampung mampu menghindarkan warga dari keruwetan, kemacetan, kebisingan, kekotoran, hingga kriminalitas di jalan-jalan kota.

"Deret masalah yang tidak kunjung mampu diatasi oleh pemerintah daerah di tingkat kota dan provinsi tersebut, justru bisa diantisipasi secara komunal di lingkungan kampung," jelasnya

Ia menambahkan ketika pejabat kota meminta warga tetap di rumah dan mengalah kepada wisatawan yang menyesaki kota; warga Miliran justru mengajak semua tanpa kecuali untuk keluar rumah reresik dan nyekar bersama.

"Ketika Gubernur DIY menyuruh warga jangan mengeluh saat Yogyakarta makin riuh, warga Miliran justru membuka ruang interaksi agar setiap masalah dapat saling terkomunikasikan dan terselesaikan," ungkapnya.

Ia menyebut Kota-kota di Jogjakarta yang dibentuk dari himpunan kampung-kampung yang dihidupi secara kolektif oleh warga. Kegagalan kota dan daerah menyediakan ruang dan kehidupan yang sehat dan adil bagi warga, semoga masih dapat terus dipenuhi melalui inisiatif-inisiatif kemandirian di lingkup kampung.

"Ketika setiap kampung mampu menguatkan pondasi yang sama, seperti yang berlangsung di Miliran, harapan perubahan yang dimimpikan untuk Yogyakarta semoga dapat segera terwujud nyata," pungkasnya. (Raya Sanjiwani)

0 Comment