Lima Destinasi Kuliner di Yogya, Generasi Zilenial Wajib Tahu!
Lima Destinasi Kuliner di Yogyakarta Yang Generasi Zilenial Wajib Tahu dan Explore
1. Warunk Iciiik Iwiiir
Namanya nyentrik dengan sajian menu kuliner khas 'ndeso'. Namun, Warunk Iciiik Iwiiir di jalan Raya Turi, Dusun Nepen, Candibinangun, Sleman, ini salah satu rujukan penikmat kuliner.
Warung makan ini memiliki nuansa khas suasana pedesaan. Bahkan, berdasarkan informasi yang didapatkan, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X memiliki menu spesial di sini.
Salah satu menu favorit Raja Keraton Yogyakarta itu adalah lodeh lompong atau batang talas. Selain menu lodeh lompong, terdapat berbagai makanan tradisional yang disajikan di warung yang memiliki luas 2.300 meter persegi.
"Di icik kiwir itu kita memang mengangkat menu khas ndeso. Jadi di sini ada yang kita signature-nya adalah menu lodeh lompong, sama oseng lompong," kata Erma Wheny, pengelola Warunk Iciiik Iwiiir
Makanan berbahan lompong atau batang talas ini sajian khas yang sudah jarang dinikmati anak-anak generasi saat ini. Sajian olahan tersebut menjadi salah satu yang memunculkan rasa penasaran dari penikmat kuliner tempo dulu.
"Kenapa lompong? Selain itu sudah langka, udah jarang, dan biasanya tamu-tamu pada ke sini nyariin, penasaran, lompong itu kayak apa, bentuknya kayak apa," kata Wheny, menambahkan.
"Peminat sebagian memang banyak dari luar kota. Itu memang carinya lompong," katanya.
"Karena mungkin di Jakarta atau kota-kota besar lainnya itu sudah jarang sekali yang ada lompongnya, jadi di sini pada nanya, ini apa sih. Lodeh lompong, dicoba terus entah keluarga atau kakeknya atau neneknya itu, itu dulu aku makannya ini," ucap Wheny.
Warunk Iciiik Iwiiir
0878-3894-0347
https://g.co/kgs/8nhxCNA
2. Bale Merapi
Dikutip dari www.jajandolan.com Bale Merapi merupakan sajian tempat wisata kuliner yang menhadirkan suasana alam dan pemandangan dari gunung Merapi. Di area persawahan yang hijau tentunya suasana yang dihadirkan sejuk dan nyaman, anda akan betah berlama lama berada di tempat tersebut. Tak kalah juga disini juga menghadirkan fasilitas permainan sembari mengisi waktu rehat anda saat berkunjung di tempat ini, seperti main Egrang dan main ayunan / bandulan. Egrang adalah permainan tradisional dari bambu dengan tongkat panjang di mana seseorang bisa berdiri di atasnya, kemudian berjalan dalam jarak atau waktu tertentu.
Ditambah dengan pelayanan yang baik dan ramah saat menyambut anda, disini juga menyediakan menu khas desa yang wajib anda coba saat berkunjung menikmati tempat wisat kuliner tersebut. Dengan daya tarik dari tempat wisat kuliner yang menarik untuk diulas mulai dari daya tarik, fasilitas,harga menu, jam buka dan lokasi. Berikut ulsan dari Jajan Dolan mengenai Bale Merapi Jogja.
Daya tarik utama dari wisata kuliner ini adalah tempat kuliner dimana disini menyuguhkan pemandangan persawahan yang hijau dan juga view Gunung Merapi. Menghadirkan suasana pemandangan alam tentu terasa sejuk dan nyaman saat berada ditempat tersebut. Tempat ini cocok untuk bersantai sambil menikmati view alam di sekitar Bale Merapi bersama teman, kolega kantor maupun keluarga tercinta anda.
Tempat wisat kuliner dengan bentuk bangunan joglo terbuka khas bangunan jogja, hadir menyambut kedatangan anda. Terdapat tatanan meja dan kursi tradisional dari penjalin semakin menambah kelengkapan ciri khas bangunan tersebut. Memiliki tiga bangunan utama tentu membuat tempat wisata kuliner ini begitu luas, sehingga memungkinkan anda dapat memilih tempat duduk dengan banyak pilihan sembari menikmati persawahan hijau dan view gunung merapi.
Dengan ciri bangunan khas jogja tentu memiliki spot spot poto kekinian yang membuat anda ingin mengeluarkan kamera atau smartphone anda untuk mengabadikan momen anda di tempat tersebut. Dengan spot foto pemandangan hamparan sawah yang hijau dan view kegagahan gunung merapi tentu menjadi kesan tersendiri saat berada di tempat tersebut.
Selain suguhan pemandangan alam nan elok tersaji untuk anda , disini juga menghadirkan menu tradisional yang dikebanyakan tempat wisata kuliner tidak bisa anda jumpai. Dengan konsep Prasmanan, anda bisa leluasa memilih makan yang anda sukai. Berikut ulasan menu dari Bale Merapi Yogyakarta yang ada di Sleman.
Bale Merapi
0812-8764-1404
https://g.co/kgs/2VhWoPz
3. Samila Kitchen & Store and Coday Coffee Lab & Roastery
Samila Kitchen & Store yang terletak di Jalan Ahmad Wahid, Kampung Wiyoro, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta, merupakan salah satu restoran yang mengusung tema halal & toyib dengan konsep modern dengan sedikit sentuhan timur tengah. Baik itu pada desain interior maupun beberapa menu adalan restoran ini. Selain itu, Samila Kitchen & Store juga mengedepankan healthylife style dengan menyediakan beraneka produk. Seperti, healthy product, snack, bumbu dapur, frozen food, organic food dan berbagai macam produk lainnya.
Samila Kitchen and Store juga memiliki Sky Garden di lantai 3 yang menghadirkan keindahan pemandangan alam yang dapat dinikmati sore dan malam hari bersama keluarga maupun teman-teman Anda.
Produk lokal dengan menu khas luar negeri seperti menu khas timur tengah yaitu Lamb Khousari. Menu ini berbahan dari beras Basmati yang dipadukan dengan berbagai bumbu dan rempah khas masakan timur tengah, dengan isian pasta spaghetti, makaroni, kismis, daging kambing, dan di masak oleh chef handal menjadikan Lamb Khousari menu otentik Samila Kitchen & Store.
Selain menu makanan, kami juga memiliki berbagai minuman yang tidak kalah lezat. Salah satunya adalah Milky Qurma, perpaduan susu, kurma dan madu yang diracik oleh Barista berbakat kami. Hal ini menjadi perpaduan sempurna untuk dinikmati bersama hidangan makanan Samila Kitchen and Store.
Selain itu, Ala Carte dan produk Store Samila juga menyediakan berbagai program dan paket untuk memenuhi kebutuhan berbagai acara Anda.
Diantaranya, Engagement Package untuk Anda yang menginginkan acara tunangan atau akad dengan konsep Sky Garden, Birthday Celebration untuk merayakan hari spesial Anda bersama keluarga dan teman-teman, Meeting Room, Catering Lunch Box, Buffet dan masih banyak lagi.
Di komplek bisnis ini juga terdapat Coday Coffee Lab and Roastery yaitu sebagai wahana edukasi dan teknologi. Sebagai laboratorium, Coday berupaya untuk terus menghasilkan produk-produk olahan kopi berkualitas yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Selain itu, Coday kini juga mengedepankan edukasi kopi melalui kelas-kelas kopi yang dibuka untuk umum seperti kelas sensory, brewing, barista, roaster, dan manajemen.
Tidak sampai disitu, Coday Coffee Lab and Roastery juga berupaya mengembangkan sistem IOT yang dapat membantu dalam proses roasting kopi. Coday Coffee Lab and Roastery juga menyediakan berbagai macam produk, seperti green bean dan roasted bean, edukasi, serta jasa. Dalam penyediaannya, coday melakukan kerjasama dengan petani langsung secara fair trade. Sehingga, dapat membantu meningkatkan perekonomian melalui UMKM. Selain produk olahan kopi, terdapat kelas-kelas yang bertujuan untuk mewadahi para penggiat kopi guna mendalami dunia perkopian. Serta produk jasa yang ditawarkan adalah jasa roasting, giling, serta konsultasi.
Lokasi ini juga dilengkapi wisata destinasi Pondok Kopi. Idenya berawal dari banyaknya peserta luar Yogyakarta yang kesulitan mencari tempat tinggal selama mengikuti pelatihan. Berlatar belakang culture and heritage, pondok kopi memiliki keunikan tersendiri. Lokasinya terletak di tengah sawah, memberikan kesan sejuk dan asri sehingga cocok untuk menjadi salah satu objek pelepas penat hiruk pikuk perkotaan.
Tak hanya diperuntukkan sebagai penginapan, pondok kopi juga memiliki potensi sebagai cultural event space dengan 3 spot utama yakni outdoor, indoor, dan mini indoor. Daya tarik lainnya yang berada di dekat pondok kopi yakni adanya salah satu situs peninggalan sejarah, yakni Situs Mantup.
Situs Candi Mantup dipercaya sebagai tempat untuk melangsungkan upacara pernikahan. Temuan ini mengindikasikan bahwa Candi Mantup mempunyai latar belakang Hindu, khususnya pemujaan Dewa Siwa. Hal ini karena pada temuan arca-arca Kalyanasundaramurti terdapat gambaran laki-laki dan perempuan dalam posisi berdampingan dan bergandengan tangan yang diduga merupakan penggambaran Siwa dan Parwati.
Lokasi:
https://maps.app.goo.gl/rt9RdiThrZ37cyN38
4. Bakmi Jowo "Thukul", Tri Harjono di Nyi Pembayun No. 6 Kotagede Yogyakarta.
Menyusuri kawasan Kotagede sebagai salah satu kawasan cagar budaya yang ada di kota Yogyakarta dengan berbagai peninggalan-peninggalannya sebagai ibukota kerajaan mataram islam.
Selain kekayaan sejarah yang menarik untuk ditelusuri wisatawan domestik maupun mancanegara, kini Kotagede juga memiliki daya tarik kuliner legendaris yang dapat melengkapi perjalanan wisata budaya yang ada di kawasan Selatan kota Yogyakarta itu.
Berada di jalan Nyi Pembayun No. 6 Yogyakarta, wisatawan dapat menyantap kuliner Bakmi Jawa sembari menikmati suasana rumah tempo dulu.
Juru masak sekaligus pemilik Bakmi Jawa, Tri Harjono mengatakan, bergelut di dunia kuliner bakmi jawa sejak tahun 2011 silam, bumbu olahan bakmi hampir semuanya sama dengan bumbu-bumbu bakmi Jawa yang ada.
"Bumbunya sama tapi ada resep sendiri dari simbah. Simbah saya yang dulu pernah jualan di pasar Kotagede tahun 60an yang terkenal dengan bakmi Mbah Tebok, saya jatuhnya cucu tapi saya tidak pakai nama simbah," kata Tri.
Memiliki nama yang cukup dikenal masyarakat luas Bakmi Jowo "Thukul", Tri Harjono mengaku, nama tersebut dipilih karena tidak sedikit kerabatnya mengatakan dirinya mirip dengan artis Tukul Arwana.
"Nama Thukul karena kata teman-teman kalau melihat saya kayak Tukul," kata Tri, menambahkan.
Bakmi Jawa yang di dalamnya terdapat menu diantaranya bakmi godhok, bakmi goreng, nasi goreng, nasi godhok di jual per porsi Rp 17.000. Memiliki ke khasan dari mie yang disajikan, Tri Harjono menyebut, bahwa bahan baku pembuatan mie menggunakan sayuran.
"Disini yang istimewa mie goreng dan mie godhok, dan banyak yang disuka bakmi Plencing. Bakmi Plencing itu kalau sayuran, sayuran Plencing saya bikin mie," pungkas Tri.
Beberapa kuliner tradisional dan legendaris yang eksis sampai saat ini pun semakin melengkapi predikat Kotagede sebagai surga makanan bagi wisatawan.
Siapa tidak kenal Jadah Tempe Mbah Carik, yang telah menjadi kuliner legendaris sejak tahun 1940 yang berada di Kaliurang lereng Merapi, kini hadir di Kawasan Kotagede.
Kudapan khas yang kerap dicicipi saat bersantai ini masih menjadi salah satu pilihan bagi pelancong saat berkunjung ke Jogja. Perpaduan rasa manis dan gurihnya membuat makanan yang satu ini cocok bagi lidah masyarakat itu kini juga bisa ditemukan di kampung kuliner Kotagede Yogyakarta.
Menurut Bejo Wiryanto, anak ketiga dari legenda kuliner Jogja Sudimah Wiro Sartono alias Mbah Carik, ada aturan tidak tertulis yang mesti dilaksanakan saat mencicipi Jadah Tempe. Makanan dengan paduan Jadah yang merupakan olahan dari ketan dan tempe ataupun tahu yang telah dibacem itu biasanya akan lebih nikmat dikonsumsi sekaligus tanpa dipisah.
"Jadah tempe ini kan sebenarnya makanan para pejuang tempo dulu makanya dari 1940 an sampai hari ini masih bisa dilestarikan sebagai makanan yang otentik, sarat dengan perjuangan dan filosofi. Kalau makan Jadah sama tempe itu jangan makan satu-satu, harus Jadah dan Tempe digabung. Jadah di bawah Tempe di atas," kata Bejo ditemui di kawasan Kotagede, cabang kesembilan Jadah Tempe.
Beja menjelaskan, menikmati Jadah Tempe dengan sekaligus menguyah keduanya akan terasa lebih nikmat karena perpaduan rasa gurih dari Jadah yang merupakan olahan ketan bercampur kelapa itu akan menyatu dengan rasa manis yang muncul dari tempe atau tahu bacemnya. Letak Jadah yang di bawah maupun Tempe di atas juga punya makna tersendiri, karena saat digigit akan lebih dulu muncul rasa gurih dibandingkan manisnya.
"Itu dari sisi komposisi rasa, kalau dari sisi warna putih kan melambangkan kesucian yang terlihat dari Jadah dan pada Tempe ada unsur merah yang melambangkan keberanian. Jadi nilai perjuangan dan nuansa kemerdekaan sebagai sejarah awal kuliner ini tetap ada dan melekat," kata dia.
Eksisnya Jadah Tempe sejak era revolusi fisik sampai zaman modern ini tak lain lantaran sejak awal makanan ini dikemas dan diperjualbelikan tidak serta merta hanya untuk dimakan saja. Munculnya Jadah Tempe yang masih punya benang merah dengan upaya memperjuangkan kemerdekaan disebut Beja didasari pula oleh kandungan gizi dan muatan yang dikandung dari kuliner itu.
Sekarang kuliner legendaris ini sudah membuka sembilan cabang di wilayah Jogja. Di kawasan Kotagede, menjadi cabang terbaru yang dibuka untuk mengembalikan nuansa tempo dulu lantaran wilayah ini atau Mentaok menjadi cikal bakal berdirinya Kerajaan Mataram Islam dan Kraton Ngayogyakarto Hadiningrat.
"Kita awali perjuangan dengan Jadah Tempe yang sudah legendaris dan makanan otentik yang ini kehidupan malam di Kotagede itu kan terkenal orang tirakat, bagaimana supaya di sini itu jadi sentra bakmi, sentra kuliner berbagai jenis kan sudah banyak berdiri. Kotagede sekarang kan banyak orang jualan bakmi, harapan kita ke depan ini bisa jadi sentra bakmi Jawa Kotagede. Jadi nanti ada tidak hanya puluhan bahkan ratusan orang bisa berkarya di sini," ungkap dia.
Bagi Beja Wiryanto Jadah Tempe merupakan makanan para pejuang yang sarat makna filosofi. Beja Wiryanto menjelaskan, Jadah Tempe juga merupakan perlambang merah putih, tempe bacem diolah dengan gula jawa sebagai perlambang warna merah, dan jadah perlambang warna putih.
Lebih lanjut Beja mengakui, hadirnya Jadah Tempe di Kotagede sebagai bentuk eksistensi keterkaitannya Jadah Tempe dan keberadaan budaya kerajaan mataram islam di Kotagede.
"Jadah Tempe itukan dulu eyang saya diminta jualan oleh Hamengkubuwono kesembilan. Kotagede ini dulu ada mentaok, Kotagede ini, dulu pertamakali Mataram. Jadi yang sekarang banyak orang sudah meninggalkan sejarah itu," ucap Bejo.
Sementara itu, meski disajikan dengan menikmati nuansa bangunan khas Jawa, dan serasa makan di rumah sendiri, namun harga yang ditawarkan masih terjangkau, untuk jadah tempe perpasang Rp 3.500, maupun paket besek Rp 35.000-Rp 41.000.
"Jadah Tempe inikan sebenarnya makanan para pejuang tempo dulu, makanya dari tahun empat puluh sampai hari ini masih bisa dilestarikan sebagai makanan yang otentik itu sarat dengan perjuangan, saraf dengan filosofi," pungkas Beja.
5. Raminten Kitchen Kotabaru, Resto Unik Sambil Menyaksikan Tarian Jawa Klasik
Menikmati kuliner khas Yogyakarta sambil menyaksikan tarian klasik bisa menjadi pilihan wisatawann akhir pekan. Hal itu disajikan oleh salah satu resto di kawasan kuliner Kotabaru yang mengajak pengunjungnya untuk menikmati sensasi tersebut. Tak hanya itu, pengelola bahkan membangun sanggar tari klasik ditengah restorannya.
Kesenian asli Yogyakarta, khususnya seni tari, belakangan mulai ditinggalkan oleh generasi muda. Hal tersebut coba diantisipasi oleh Raminten Kitchen, dengan membuka sanggar seni tari untuk anak-anak, sekaligus memberi panggung di hadapan para wisatawan.
Suasana Raminten Kitchen yang ada di kawasan Kotabaru, Gondokusuman, Kota Yogyakarta terlihat lebih ramai dari biasanya. Ditempat ini juga terdapat sebuah Sanggar Tari yang berada di saslah satu bangunan Raminten Kitchen Kotabaru.
Mengusung nama Anindyaswari, nantinya sanggar tersebut siap melatih anak-anak usia 7-14 tahun. Dengan perpaduan sajian tari dan wisata kuliner, para murid sanggar pun tidak sekadar berlatih semata. Namun, mereka juga difasilitasi panggung untuk menunjukkan hasil pembelajaran.
Manajer Raminten Kitchen, Tanvie Dinutami, mengatakan, membuat sanggar di tengah restoran adalah terobosan baru di dunia bisnis kuliner. Ia menuturkan, selama ini, di berbagai daerah yang punya tari-tarian khas pun belum pernah dijumpai perpaduan nan unik semacam ini.
"Saya lihat belum ada, ya, restoran yang punya sanggar tari. Biasanya cuma penampilan saja, tapi nggak ada sanggar untuk tempat berlatih penarinya kan," ungkapnya.
Dengan lokasi restoran yang berada di pusat kota, dan tidak jauh dari Tugu Pal Putih, ataupun Malioboro, Tanvie meyakini, panggung tari ini mampu menjadi daya tarik bagi wisatawan. Dengan begitu, anak-anak di sanggar pun makin antusias berlatih, demi menyuguhkan tarian terbaik.
"Karena tujuan kami memang menggugah rasa cinta anak-anak muda pada budaya Jawa. Makanya, kalau sanggarnya sudah jalan, mereka nanti kita wadahi, ya, untuk tampil di hadapan wisatawan secara langsung," tandasnya.
Sementara itu, Owner The House of Raminten, Hamzah Sulaeman, atau yang dikenal juga dengan nama Kanjeng Nindyo, menyampaikan, dewasa ini wisatawan semakin sulit menemukan sajian seni tradisional. Padahal, mereka sangat berkeinginan untuk menyaksikan langsung.
Di samping itu, generasi muda Yogyakarta sejatinya tidak sedikit pula yang berminat menekuni seni tari. Hanya saja, mereka tidak terwadahi. Menurutnya, keberadaan Raminten Kitchen yang berlokasi di pusat kota pun sangat membantu anak-anak yang punya minat di bidang seni tari.
"Makanya, saya bilang, sajian seni tari di Raminten Kitchen ini, bisa menopang pariwisata Yogyakarta, selain tujuan utama untuk nguri-uri kebudayaan," pungkasnya. (Raya Sanjiwani)
0 Comment