Program Kampung Iklim, Konservasi Khas di Embung Kaliaji Sleman Yogyakarta
(Sleman DIY) Upaya konservasi alam yang meliputi tiga aspek ekologi, sosial budaya dan ekonomi, terus ditularkan dari generasi ke generasi. Salah satunya, upaya gerakan pengendalian perubahan iklim serta menurunkan emisi gas kaca dengan program Kampung Iklim. Untuk pertamakalinya Kampung Pramuka di DIY mendeklarasikan diri menuju Program Kampung Iklim (Proklim).
Mensinergikan antara Pemerintah, Gerakan Pramuka, Akademisi, serta masyarakat, Proklim Kampung Pramuka Sangurejo dideklarasikan di Embung Kaliaji, Dusun Sangurejo, Wonokerto, Turi, Sleman, Minggu (26/2/2023).
Melalui gerakan secara bersama-sama ini, dahulu kampung yang menjadi salah satu kawasan kumuh, dengan angka kemiskinan tinggi, serta kurang peduli terhadap lingkungan kini menjadi kawasan tertata, hijau, dan menjadi salah satu sumber ekonomi masyarakat.
"Ide awalnya bermula dulu kampung Sangurejo ini memang terkenal padat penduduk, miskin, dan juga kumuh. Saat itu kalau kita biarkan terus menerus nanti akan berdampak yang sangat buruk kepada anak cucu kami," kata Dukuh Sangurejo, Sehadi disela rangkaian kegiatan deklarasi Proklim Kampung Pramuka Sangurejo.
Ia menjelaskan, dengan berbagai dukungan seperti dari Satuan Komunitas Sekawan Persada Nusantara (SAKO SPN) DIY bersama beberapa elemen Gerakan Pramuka, serta Fakultas Kehutanan UGM, masyarakat semakin memahami pentingnya keberlangsungan alam, menjaga kelestarian, serta perlunya meminimalkan produksi sampah.
"Kami mungkin belum bisa menerima nikmatnya saat ini, tetapi dua puluh atau sepuluh tahun yang akan datang, anak cucu kami yang akan menerima. Mudah-mudahan program ini bisa semakin meluas ke seluruh masyarakat di wilayah Jogjakarta maupun Indonesia, sehingga setidaknya wilayah kita bisa bersih, bisa banyak pohon yang tumbuh, dan juga pelestarian sumber air juga bisa terjaga," kata Sehadi.
Ia mengaku, melalui perhatian berbagai pihak semakin menggugah kesadaran serta menggiatkan masyarakat menuju kampung proklim.
Sementara, Ketua Kwarda DIY GKR Mangkubumi, yang diwakili Wakil Ketua Bidang Pengabdian Masyarakat, Penanggulangan Bencana, dan Lingkungan Hidup, Krido Suprayitno mengatakan, Kampung Pramuka merupakan salah satu bentuk pengabdian gerakan Pramuka kepada masyarakat melalui lingkungan hidup. Sehingga dengan perkembangan yang terjadi diharapkan juga berfungsi sebagai wadah peningkatan kesejahteraan masyarakat.
"Dengan menerapkan prinsip dasar dan metode kepramukaan yang berkolaborasi bersama-sama masyarakat dan berbagai pemangku kewajiban, tentunya dalam hal untuk mewujudkan pemberdayaan masyarakat serta mendukung pelaksanaan program-program yang telah dicanangkan oleh pemerintah daerah. Proses ini dilakukan melalui pola kemitraan dan kerjasama dengan instansi pemerintah perguruan tinggi dunia usaha media dan pihak lain secara proporsional," kata Krido, dalam sambutannya.
Sedangkan, Staf ahli Gubernur Bidang Sosial, Etty Kumolowati mengatakan, melalui Proklim Kampung Pramuka ini diharapkan semakin meningkatkan mitigasi perubahan iklim yang dilakukan secara bersama-sama. Bukan hanya orang tua akan tetapi juga semakinmendorong peran serta generasi muda.
"Saat ini di DIY dari sembilan Kampung Pramuka baru satu yang menuju Proklim. PR terbesar kita adalah bagaimana meningkatkan dan lebih peduli terhadap kelestarian alam," kata Etty.
Sedangkan, Wakil Ketua Pinsaka Wanabakti DIY, yang juga Ketua Dewan Pembina Sako Sekawan Persada Nusantara (SPN) DIY, Ir. Atus Syahbudin, S.Hut., M.Agr., Ph.D. yang sekaligus mewakili Dekan Fakultas Kehutanan UGM, menyampaikan, gerakan yang dilakukan secara bersama-sama membuat kampung yang dulunya sangat terbatas, kini dapat berkembang bahkan lebih maju.
Dimana di dalamnya lanjut Ir. Atus yang juga mewakili Dekan Fakultas Kehutanan UGM, sudah menjadi desa wisata, dan bulan Desember 2022 lalu menjadi Kampung Pramuka, dan di tahun ini deklarasi Proklim.
"Dua tahun terakhir, kami dari Fakultas Kehutanan mulai terlibat membantu penanaman jenis-jenis pohon yang untuk edukasi, kemudian pengolaan sampah. Kedepan bisa lebih jauh lagi ecoprint, biopori, rumah maggot termasuk tebar ikan," ujar Atus.
Lebih lanjut Ir. Atus Syahbudin menjelaskan, pengembangan kawasan Sangurejo, termasuk embung Kaliaji memadukan Satuan Karya Pramuka (Saka) Wanabakti dan Kalpataru dengan penanaman, kampung profit, dan pengolahan sampah. Termasuk nantinya akan dikembangkan Saka Bahari dalam sektor perikanan.
"Kami menggerakkan Proklim di Dusun Sangurejo ini melibatkan para ulama untuk lebih menekankan pentingnya menjaga lingkungan, dan gerakan pramuka lebih menggerakkan untuk generasi muda. Jadi memang sedikit berbeda untuk Proklim yang biasanya berbasis kampung," ucap Atus.
Ir. Atus menambahkan, Dusun Sangurejo memiliki tiga kelebihan menuju Proklim seperti adanya embung sebagai konservasi air, pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) dengan memasang 3 titik lampu tenaga surya, serta tanaman yang didukung Fakultas Kehutanan UGM.
"Termasuk di pekarang rumah warga, kalau biasanya dimanfaatkan untuk menanam sayur, herbal. Kalau disini ditanami Salak sebagai tanaman khas wilayah Turi sehingga dapat menambah nilai ekonomi masyarakat," ucap Ir. Atus.
Sementara itu, dalam rangkaian deklarasi Proklim Kampung Pramuka Sangurejo dilakukan simbolis penanaman tanaman keras diantaranya khas Jogja seperti Kepel. Namun juga ditanam dari berbagai daerah lain di Indonesia yang sekaligus diharapkan menjadi ruang edukasi bagi generasi muda ketika menikmati keindahan embung Kaliaji, Sangurejo, Donokerto, Kec. Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. (Raya Sanjiwani)
0 Comment