Wisatawan Berburu Kuliner Nusantara Sego Jamblang Imah Kopi di Kampung Semaki Yogyakarta
Caption foto: Suasana penjual sego (nasi) jamblang di Sukonandi Semaki Umbulharjo ramai pembeli.
(Yogyakarta, DIY) Kota Yogyakarta menjadi salahsatu surga bagi para pecinta kuliner termasuk kopi, salahsatunya ekosistem kuliner yang dibangun di kawasan Sukonandi, Semaki, Kemantren Umbulharjo, Kota Yogyakarta.
Meski dulunya menjadi kawasan yang sunyi dan sepi, kini aktivitas ekonomi kreatif inipun menjadi ruang bagi masyarakat, wisatawan, pekerja, hingga mahasiswa untuk menikmati ragam kemudahan dalam satu lokasi tersebut.
Keunikan dari lokasi yang dulunya merupakan kawasan petinggi dari industri keramik inipun menarik salah satu komedian legendaris Indonesia, Indro Warkop. Bersama puluhan anggota komunitas motor gede Black Angels turut menikmati suasana di sentra kuliner di kampung Semaki tersebut.
Meski lahir dari seorang chef lulusan belanda dan besar di lingkungan katering terbesar di Jakarta dengan berbagai menu luar, namun diakui Indro, lebih memilih makanan khas racikan nusantara. Dalam setiap kesempatan ketika berkunjung ke berbagai daerah Indro menyebutkan, lebih memilih berburu kuliner asli Indonesia.
"Jadi anak yang tunggal ini tidak suka makanan luar, jadi saya hanya suka makanan Indonesia. Termasuk makanan khas Cirebon ini (Nasi Jamblang Nok Imah) saya tahu menu dan ciri khasnya," kata Indro, di Rumah Fatih dan Siti Bertiga, Yogyakarta, Sabtu (6/7/2024).
Industri kuliner yang tidak jauh dari jantung pariwisata Yogyakarta, kawasan Malioboro, maupun pusat pemerintahan kota Yogyakarta, dan pusat pendidikan inipun bisa menjadi alternatif bagi wisatawan maupun keluarga, untuk menikmati sejumlah merchant yang ada.
Sementara itu owner Sego Jamblang Nok Imah Siti Hanifah mengaku potensi kuliner nusantara cukup bagus, terutama sebagai salah satu penopang pariwisata di kota Yogyakarta sebagai kota pariwisata ini. Bahkan, olahan tradisional Cirebon inipun tidak hanya dinikmati wisatawan dari luar Jogja maupun luar Jawa, namun juga menjadi jujukan bagi masyarakat lokal Yogyakarta.
"Disinikan beragam ada kuliner, butik, dan cafe jadi orang-orang tidak perlu jauh-jauh cari kuliner khas, apalagi disini tengah kota. Disini juga banyak perkantoran, pusat pendidikan juga ada," ujar Siti.
Direktur Rumah Fatih & Siti Bertiga Nana A Hanafi mengatakan, embrio ekosistem kuliner yang dibangun di Yogyakarta ini menjadi ruang baru dengan konsep tradisional, kekinian, maupun western. Bahkan upaya memunculkan ekosistem industri kreatif penunjang Yogyakarta sebagai kota pariwisata maupun kota pendidikan inipun dibangun dengan konsep yang estetik.
"Kita mencoba membuat ekosistem bisnis yang one stop business, one stop visiting, jadi sekali datang pengunjung bisa mendapatkan kemudahan. Misalnya ketika mau makan tradisional disini ada nasi jamblang, yang kekinian dan modern ada di Imah Kopi, mau cukur rambut ada Kapan-Kapan Barber, selain itu ketika mencari fesyen ada Yumna Shiba Butik," kata Nana.
Nana menyebutkan, integritas bisnis dalam satu lokasi ini menjadi daya tarik tersendiri termasuk dengan suasana yang tenang dan nyaman yang dihadirkan dengan bangunan lawas namun tetap estetik, sehingga memberikan kesan bagi pengunjung maupun wisatawan yang hadir.
Menariknya ekosistem bisnis ini juga dibangun memikirkan kebutuhan bagi keluarga dengan family zone berkonsep hommy dan nyaman, termasuk bagi pekerja dan pelajar dengan business center dan ruang metting di lantai dua Imah Kopi. Selain itu terdapat ruang foto dan video yang juga bisa dimanfaatkan untuk mengabadikan momen ketika bersama teman maupun keluarga, bahkan untuk podcast.
Ekosistem bisnis industri kreatif yang tergabung dalam Rumah Fatih dan Siti Bertiga selain kuliner, butik ini juga terdapat barber hingga Keprabon (Kretek Prambanan Bone Setting) atau pijat kretek yang cukup viral akhir-akhir ini. (Raya Sanjiwani)
0 Comment