GKR Mangkubumi Resmi Membuka International Symposium on Javanese Culture 2023
(Yogyakarta DIY) – International Symposium on Javanese Culture 2023 yang diselenggarakan oleh Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat telah resmi dibuka oleh GKR Mangkubumi hari ini (09/03). Acara ini merupakan rangkaian kegiatan Mangayubagya Tingalan Jumenengan Dalem atau peringatan 34 tahun (dalam hitungan Masehi) kenaikan takhta Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Pada tahun 2023 ini Simposium Internasional Budaya Jawa digelar secara hibrida di The Kasultanan Ballroom Royal Ambarrukmo Yogyakarta bagi peserta luring dan ZOOM Meeting bagi peserta daring. Mengambil tema “The Meaning and Function of Vegetation in Preserving Nature and Traditions in the Sultanate of Yogyakarta”, Simposium Internasional kali ini menghadirkan beragam akademisi dan praktisi dari dalam dan luar negeri sebagai editor, reviewer, dan pembicara. Adapun sebagian besar pembicara dalam kegiatan ini adalah peserta call for paper terpilih yang telah dikurasi oleh para reviewer yang mumpuni dalam bidang keilmuan sejarah dan filosofi; sains; sastra; dan sosial budaya.
Acara dimulai dengan dihadirkannya penampilan Beksan Jayenglaga dari Kawedanan Kridhamardawa Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. Tarian ini sendiri merupakan beksan kakung Yasan Dalem (tari putra karya Sultan) Sri Sultan Hamengku Buwono X yang ketujuh selama bertakhta. Dilanjutkan dengan sambutan dari GKR Hayu, penghageng Kawedanan Tandha Yekti yang menjadi Ketua Panitia Penyelenggara International Symposium on Javanese Culture 2023. “Melalui call for paper, panitia penyelenggara tahun ini menerima 36 abstrak dari peneliti dalam dan luar negeri. Keseluruhan abstrak atau paper kemudian ditinjau oleh 4 reviewer, hingga mengerucut 12 paper terpilih yang akan didiskusikan dalam sesi sejarah, sains, sastra, dan sosial budaya. Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, bahwa simposium pada tahun 2023 ini kembali digelar secara langsung, setelah melewati tahun-tahun pandemi.
Meski sebelumnya sempat digelar secara daring tak menyurutkan antusiasme para peserta. Bahkan simposium dalam bentuk webinar telah membuka ruang yang lebih luas hingga seluruh penjuru dunia. ,” papar GKR Hayu dalam sambutannya. Sebagai ungkapan rasa syukur atas serangkaian kegiatan Tingalan Jumenengan Dalem ini, GKR Mangkubumi mewakili keluarga besar Sri Sultan Hamengku Buwono X pun menyampaikan sambutan pembuka.
Dalam sambutan pembukanya, GKR Mangkubumi mengungkapkan bahwa dalam simposium tahun ini para peserta akan diajak mengulas kembali ragam vegetasi dalam berbagai sudut pandang. Sebagai contoh dari segi sejarah, misalnya pohon sawo kecik yang tumbuh di pelataran Kedhaton merupakan simbol masyarakat Jawa akan nilai-nilai kebajikan. Dalam perkembangan sains, vegetasi yang ditanam oleh Pangeran Mangkubumi di tepi jalan kawasan Sumbu Filosofi Yogyakarta dan di luar benteng keraton tidak hanya memenuhi unsur perindang, namun juga membantu penyerapan polutan.
Dari pandangan sastra atau filologi, ilustrasi vegetasi dalam manuskrip milik keraton memuat gambaran kondisi alam dan sosial masyarakat Jawa kala itu. Secara sosial historis, bahan pangan di Yogyakarta telah memperkaya prosesi ritual garebeg dalam bentuk gunungan sebagai simbol sedekah. “Semoga simposium ini menjadi sarana untuk memperkuat jati diri dan bersama-sama memperkuat identitas kita sebagai bangsa. Selamat berdiskusi dan merasakan kesejukan dari ragam vegetasi di Yogyakarta,” pungkas GKR Mangkubumi dalam sambutan pembukanya.
Usai memberikan sambutan pembuka, GKR Mangkubumi didampingi GKR Hayu secara resmi membuka kegiatan International Symposium on Javanese Culture 2023 dengan pemukulan japan dan pemutaran video. Acara dilanjutkan dengan sesi konferensi pers yang menghadirkan GKR Hayu, GKR Bendara, dan KPH Notonegoro. Sesi ini menjelaskan mengenai latar belakang pemilihan tema vegetasi sebagai tema besar serangkaian kegiatan pendukung Tingalan Jumenengan Dalem seperti Simposium Internasional maupun Pameran Narawandira.
Adapun semangat besar dari Keraton Yogyakarta kali ini adalah ingin mengajak kembali masyarakat terutama generasi muda untuk mengenal kembali dan peduli dengan vegetasi yang ada di lingkungannya. “Simposium dari Keraton Yogyakarta ini mungkin agak berbeda dengan simposium-simposium lainnya, dimana kami membuka kesempatan seluas-luasnya bagi para peneliti lintas generasi baik dari senior maupun junior dengan call for paper. Selain itu para presenter dalam simposium ini juga free, tidak dikenakan biaya apapun. Harapannya kami bisa memberikan kesempatan bagi peneliti-peneliti muda untuk bisa tampil dan mempresentasikan penelitiannya,” papar GKR Hayu pada sesi konferensi pers.
Senada dengan GKR Hayu, GKR Bendara yang merupakan penanggung jawab dari Pameran Narawandira mengungkap bahwa serangkaian agenda pendukung Pameran Narawandira juga akan digelar dengan mempertimbangkan minat generasi yang lebih muda. “Itulah mengapa selama pameran hingga Agustus besok, kami juga menggelar beberapa side events yang mungkin menarik bagi generasi muda dan anak-anak, seperti Lomba Sketsa, kemudian ada juga Workshop Dolanan Anak,” ungkap GKR Bendara. Acara Simposium Internasional ini akan berlangsung selama 2 hari, dari Kamis (09/03) hingga Jumat (10/03) dengan menghadirkan 4 sesi diskusi.
Sesi 1 dan 2 akan digelar pada hari Kamis, sementara sesi 3 dan 4 serta satu sesi gelar wicara akan mengajak masyarakat Mengenal Lebih Dekat Keraton Yogyakarta akan digelar di hari Jumat. “Pada sesi talkshow atau gelar wicara esok Jumat, kami juga akan merilis Buku Awisan Dalem Batik. Buku katalog tersebut akan menampilkan motif-motif batik apa saja yang menjadi Awisan Dalem atau motif larangan. Nah untuk detailnya seperti apa, besok akan dibahas lebih lanjut di sesi tersebut, dan bukunya akan kami bagikan gratis bagi yang hadir di hari kedua simposium,” pungkas KPH Notonegoro di sesi konferensi pers. (Raya Sanjiwani)
0 Comment