Hari Batik 2023, Seratusan Pelajar, Pembatik hingga Pegiat Isu Disabilitas se DIY Ikuti Program Inspire with Heritage UNESCO
Caption foto: UNESCO rayakan Hari Batik 2023 dengan lokakarya inklusif, seni pertunjukan, dan pameran kreatif di Ndalem Jayadipuran Yogyakarta.
(Yogyakarta, DIY) - Seratusan pelajar, pembatik, guru, hingga pegiat isu-isu disabilitas dari perwakilan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memperingati Hari Batik sebagai Warisan Kemanusiaan Lisan dan Nonbendawi UNESCO pada 2 Oktober 2009 dengan mengikuti event Batik : Inspire with Heritage sekaligus belajar langsung dari pembatik lokal dan beragam event menarik di Yogyakarta.
Kegiatan peringatan Batik sebagai Warisan Dunia yang diprakarsai oleh UNESCO bertema “Batik : #inspireWith Heritage” bertujuan untuk mempertemukan para pembatik dari berbagai generasi untuk merayakan hari ini melalui lokakarya batik kolektif, seni pertunjukan inklusif, dan pameran.
Tahun ini, UNESCO Jakarta, dan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X di bawah Kementerian Pendidikan, Riset, dan Teknologi Indonesia, menyelenggarakan perayaan batik secara bersama di Yogyakarta. Acara yang bertajuk Batik : Inspire with Heritage ini bertujuan untuk menyatukan.berbagai generasi dan lapisan komunits, untuk saling terinspirasi akan usaha pelestarian warisan budaya, melalui lokakarya batik, pertunjukan, dan pameran kreatif yang inklusif.
Hari Batik Nasional telah dirayakan setiap tahun di Indonesia sejak batik ditambahkan ke daftar Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan UNESCO pada tahun 2009. Ini adalah momentum penting untuk
mempromosikan keragaman budaya Indonesia yang tercermin dalam berbagai motif batik yang mengekspresikan kreativitas dan spiritualitas masyarakat Indonesia. “Tahun 2023 menandai peringatan 20 tahun Konvensi untuk Perlindungan Warisan Budaya Takbenda, dimana UNESCO mendorong semua pemangku kepentingan untuk mempromosikan keragaman dan kekayaan warisan budaya tak benda. Senang sekali menyaksikan kekuatan batik dan upaya besar Indonesia untuk melindungi warisan budaya tak benda ini, dengan menghubungkannya dengan pembangunan ekonomi dan aspek keberlanjutan", kata Maki Katsuno Hayashikawa, Direktur UNESCO Jakarta.
Berdasarkan data Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Kementerian Perindustrian, ada sekitar 3.159 unit usaha batik yang tercatat di seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, industri batik skala besar-sedang berjumlah 208 unit (tahun 2021), dan usaha batik skala mikro-kecil menengah berjumlah 2.951 unit (tahun 2021).
Acara UNESCO ini dihadiri oleh lebih dari 100 peserta, termasuk para perwakilan dinas pemerintah, pembatik, siswa, guru, komunitas pegiat isu isu disabilitas, kelompok perempuan dan perwakilan dari sektor swasta, semuanya berkomitmen untuk melestarikan dan mempromosikan warisan hidup.
Pameran ini menampilkan karya-karya terpilih dari para wirausaha muda dan pembatik kreatif, termasuk para pengrajin penyandang disabilitas dari Jawa Tengah dan Yogyakarta, peserta program Creative Youth at Indonesian Heritage Sites yang didukung oleh Citi Foundation.
Dwi Agung Hernanto, Kepala UPT Balai Pengelolaan Kawasan Sumbu Filosofis, Dinas Kebudayaan kota Yogyakarta, dalam sambutannya menyatakan apresiasi atas acara ini. Apalagi Yogyakarta, yang dengan
Sumbu Filosofinya telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia bulan September 2023 ini oleh UNESCO, juga kaya akan warisan budaya tak benda termasuk batik, gamelán dan keris
“Acara ini sangat menarik dan berguna, terutama untuk murid-murid kami dari SLB 2 Yogyakarta karena acara ini memberi ruang kreatif untuk murid-murid yang berkebutuhan khusus, kami apresiasi dan semoga terus ada acara – acara inklusi seperti ini kedepannya.” Kata Anathasia Cita Rismawanti Guru Seni
Tari, dari SLB 2 Yogyakarta yang juga menghadiri workshop batik kolektif bersama murid-murid SD yang lain dari Yogyakarta.
Sementara itu, Kepala BPNB DIY Ernawati menyampaikan kegiatan ini melibatkan generasi muda terutama anak anak pelajar sangat penting dalam melindungi kebudayaan batik. "BPK Wilayah X, yang mempunyai tusi pelindungan kebudayaan, maka dengan ada kegiatan yang dilakukan berupa kita muda kreatif dan bekerjasama dengan UNESCO Jakarta, kami sangat mendukung dan berharap terus berlanjut. Karena dengan kegiatan hari ini di Dalem Jayadipuran meibatkan generasi muda (anak anak setingkat SD dan disabilitas) workshop membatik... menjadi penting, krn ada gotong royong dalam melestarikan kebudayaan baik dari masyarakat/komunitad, pemerintah, stakeholder," jelas Ernawati.
Untuk lebih merayakan Perayaan 20 tahun Warisan Budaya Takbenda, para peserta diundang untuk bergabung dengan kampanye media sosial global UNESCO, dengan tagar #LivingHeritage.
“Harapan saya sebagai pembatik, semoga kedepan bagi kaum muda atau anak-anak millenial kedepannya mencintai batik, meneruskan, terutama kebudayaan ini harus kita yang menjaga, harus kita yang
melanjutkannya. jangan sampai terhenti, terputus atau apalagi hilang begitu saja, ya. dengan adanya sekarang, seperti printing, cap dan lain-lain. Harapan saya, generasi penerus yang dari kelas SD itu harus diajari untuk mengenal yang namanya canting, apalagi semakin kedepan manual akan hilang dan saya harapkan, harus dari sekarang kita kampanyekan anak-anak muda mengenal dan belajar lebih dalam dengan canting ," kata Wiji Astuti, pemilik Batik Serodja Widji yang juga pengrajin disabilitas dampingan
program UNESCO. (Raya Sanjiwani)
0 Comment