Ini Jasa dan Prestasinya, Sultan HB II Layak Mendapat Gelar Pahlawan Nasional
Caption foto: Konsorsium Nusantaram Eva Raksamahe Bersama Trah HB II mengupayakan kembalinya Manuskrip yang ada di luar negeri dan mendaftarkan gelar Pahlawan Nasional HB II pada bulan depan.
(Yogyakarta, DIY)- Jasa-jasa dan prestasi Sultan HB II dalam berbagai bidang semasa hidupnya (1750–1828).banyak tertuang dalam berbagai bukti dan tulisan mengenai peran Sultan HB II. Pada masanya, Sultan HB II banyak berjasa di bidang pemerintahan, artefak di Jogja, keprajuritan dan lainnya. Berdasarkan hal itu, Trah keturunan Hamengkubuwono II (HB II) pun lantas mendaftarkan gelar Pahlawan Nasional bagi Sultan HB II pada bulan depan.
Dalam pertemuan dengan para akademisi dan aktivis kebudayaan yang tergabung dalam Konsorsium Nusantaram Eva Raksamahe di Yogyakarta, disampaikan pengusulan Sultan Hamengku Buwono II (HB II) menjadi pahlawan Nasional Indonesia telah melalui tahapan dan kajian yang cukup mendalam, sehingga diharapkan pemerintah bisa memproses berkas yang nantinya diajukan.
"Di eranya Sultan HB II solid dalam memperjuangkan rakyatnya dari para penjajah. Kalau membuka naskah lama akan banyak sekali mutiara serat yang didapat dari beliau," kata Ananta dari Trah Sultan HB II, Kamis (30/5/2024).
Tak hanya itu, Sultan HB II menghasilan legacy dalam berbagai bentuk seperti Bangunan Benteng Baluwarti, Pesanggrahan Rejawinangun, Cendanasari, dan Gua Siluman hingga banyak manuskrip lain yang tersimpan di keraton.
Anantha menyampaikan pihak keluarga sangat mengharapkan gelar pahlawan nasional bisa disandang oleh HB II. Hal itu dinilai dari banyaknya jasa HB II
"Apabila dicari kembali melalui naskah-naskah lama, saya yakin akan banyak ditemukan lagi arsip arsip tentang HB II," ujarnya.
Selain itu, Trah Sultan HB II, Ananta menjelaskan dalam pengajuan itu tim mengumpulkan banyak sekali berkas dan dokumen baik yang berbentuk verbal maupun nonverbal. Semuanya itu akan dijadikan ke dalam satu dokumen untuk dibawa ke Inggris dalam misi mengembalikan naskah dan peninggalan budaya semasa Sultan HB II.
"Kami sudah banyak menggandeng tokoh dan instansi pemerintahan agar dialog dengan Inggris terwujud untuk mengembalikan naskah dan peninggalan budaya masa lalu," ujarnya.
Pengurus Yayasan Wasiati Socaning Lokika Suharno menyatakan, pengajuan Sultan HB II sebagai pahlawan nasional sudah dilakukan sejak 2006 lalu dengan proses identifikasi.
Pertama, pihaknya melakukan identifikasi naskah terkait dengan peran HB II dalam berbagai peristiwa salah satunya yang paling fenomenal adalah Geger Sepehi pada 1812 silam.
"Dalam peristiwa itu berbagai naskah yang dikumpulkan oleh HB II dirampas oleh Inggris. Jadi pada masa itu kolonialisme bukan saja di bidang ekonomi melainkan juga kebudayaan," jelasnya.
Alasan itulah yang mendasari pihaknya ingin merebut kembali naskah dan berbagai macam koleksi budaya di masa HB II yang sekarang masih berada di Inggris. Beberapa waktu lalu Inggris memang telah mengembalikan sejumlah koleksi tapi hanya berbentuk manuskrip digital.
Rektor Universitas Lancang Kuning, Prof Junaidi menyebutkan Sultan HB II sangat layak ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Perannya di berbagai bidang telah banyak diakui oleh akademisi dan budayawan dalam berbagai diskusi dan kajian ilmiah.
"Hasil diskusi kami tadi, selain mengusulkan Sultan HB II sebagai pahlawan nasional kami juga akan berupaya mengembalikan naskah yang ada di Eropa. Pemerintah pun harus menyiapkan tempat dan lokasi yang representatif jika naskah itu sudah kembali agar bisa diteliti dan diwariskan kepada generasi muda."
Dalam diskusi tersebut, Yayasan Kapuk Salamba Arga dan sekaligus Filolog, Romo Manu menambahkan pihaknya juga telah mengumpulkan manuskrip dari punjangga-pujangga yang membicarakan tentang HB II. Harapanya semangat repatriasi naskah-naskah ke Indonesia dapat terus dilakukan oleh konsorsium tersebut. Dalam proses penelitian pencarian manuskrip HB II, ia mengaku mengalami kendala dikarenakan masih minim pembelajarnya. Selain itu, banyaknya perbedaan bahasa yang digunakan di setiap manuskrip di berbagai daerah.
"Konsorsium ini juga berupaya untuk menciptakan pembelajar khususnya manuskrip peninggalan HB II," ujarnya.
Kepala Desa Pager Reja, Wonosobo, Nurwadi yang datang dalam diskusi tersebut mengatakan di desanya masih terdapat juga peninggalan HB II yang masih bisa dilihat. Desa Pager Reja merupakan tempat kelahiran HB II dengan nama kecil Raden Mas (RM) Sundoro. RM Sundoro lahir pada tanggal 7 Maret 1750 dari permaisuri kedua Sri Sultan Hamengku Buwono I.
"Disana masih ada batu penutup ari-ari dari HB II," ucapnya.
Selain itu, di Desa tersebut juga terdapat upacara adat yaitu Tenongan Laku Sikramat atau Tenongan Nyadran yang masih rutin dilestarikan. Upacara tersebut dilaksanakan setiap Jumat Kliwon 70 hari sekali di Dusun Pagerotan, Desa Pagerejo, Kecamatan Kertek, Wonosobo, Jawa Tengah.
“Acara ini adalah tradisi di Desa Pagerejo lestarikan dari tokoh HB II yang lahirnya di Pagerotan hingga usia sekitar 6 tahun," tuturnya.
Salah seorang peneliti sekaligus Rektor dari Universitas Lancang Kuning Riau (Unilak), Profesor Junaidi mengatakan dirinya juga tergabung dalam Konsorsium Nusantaram Eva Raksamahe mengatakan HB II sangat layak diusulkan menjadi pahlawan nasional. Hal tersebut berdasarkan hasil diskusi dirinya dengan para akademisi dan budayawan.
"Terlebih dari manuskrip-manuskrip yang saya pelajari menguatkan bahwa HB II dijadikan pahlawan nasional," ujarnya.
Junaidi mengatakan akan mengusahakan agar naskah yang ada di luar negeri di Eropa bisa dipulangkan kembali dengan strategi yang jitu. Hal itu diperlukan persiapan karena persoalan antar negara. Persiaoan tempat pun juga akan segera dipersiapkan agar naskah yang kembali bisa tersimpan dengan baik di Indonesia.
"Tujuanya agar naskah tersebut bisa di akses dan di pelajari generasi muda," pungaksnya. (Raya Sanjiwani)
0 Comment