Tolak Cebong Dan Kampret, Ratusan Mahasiswa Serukan Pemilu Damai di Tugu Yogyakarta
Caption foto: Deklarasi Pemilu Damai digelar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah atau IMM DIY di kawasan Tugu Pal Putih Yogyakarta
(Yogyakarta, DIY) Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah DIY menyerukan pemilu damai dan menolak segala bentuk polrisasi, hoax, provokasi hingga menolak kembalinya istilah cebong dan kampret dalam Pemilu 2024 mendatang.
Massa menggelar aksinya di kawasan Tugu Pal Putih Yogyakarta pada Rabu (20/12) dengan membawa berbagai poster dan spanduk bertuliskan antara lain "Wujudkan pemilu damai nan anggun, karena masyarakat Indonesia itu guyun rukun," yang dibawa salah saru massa aksi.
Ada juga poster bertuliskan "Ndak usah tegang, Pemilu 2024 bukan untuk adu pedang apalagi sampai perang," hingga spanduk yang bertuliskan 'Deklarasi Pemilu Damai 2024, Bersatu Sukseskan Pemilu".
Dalam orasinya, mahasiswa menyerukan agar pemilu 2024 adalah pemilu yang damai dan bukan pemilu yang mengusung tema perpecahan. Aksi juga dilakukan dengan melakukan penandatanganan deklarasi pemilu damai uang diikuti peseeta hingga masyarakat di kawasan Tugu Pal Putih Yogyakarta.
Menurut Ketua Umum Ikatan Mahasiswa, Muh Akmal Ihsan, dalam aksi damai ini Ikatan Mahasisaa Muhammadiyah atau IMM menyerukan bahwa Gelaran Pemilu 2024 yang semakin dekat, pesta rakyat tersebut sudah sepatutnya berjalan dengan
aman, tertib, damai, penuh integritas, tanpa hoax dan politisasi SARA.
"Pemilu 2024 hingga hari ini masih menyisakan banyak tantangan dan hambatan yang berpotensi meluruhkan subtansi dari demokrasi itu sendiri. antangan tersebut menyangkut penggunaan sentimen Suku, Agama, Rasa dan Budaya (SARA) dalam praktik politik
nasional. Penggunaan SARA, maraknya hoax yang secara langsung berakibat pada perusakan/pembunuhan karakter lawan politik, mencipta fragmentasi sosial dan menista kesadaran rakyat. Serta tindakan-tindakan provokatif yang melahirkan konflik sosial, polariasi danperpecahan," ujar Akmal.
Akmal juga menyerukan agar diihentikan segala istilah cebong kampret seperti pada pemilu sebelumnya yang hanya menguras energi dan unfaedah bagi keutuhan sebuah bangsa yang besar seperti Indonesia.
"Hari ini saya pikir kita tidak boleh mengucapkan istilah istilah yang apalagi tujuannya untuk membunuh karakter lawan politik, bangsa ini butuh narasi narasi yang membawa pada substandi pemilu, maka frasa frasa seperti cebong dan kampret harus sudah selesai dalam politik bangsa ini, yang dikedepankan justru politik gagasan, intelektual menuju demokrasi yang substansial tidak sekedat prosedural formal," pungkasnya.
Dalam penryataan sikapnya DPD IMM DIY beserta seluruh pimpinan cabang IMM se-DIY serta elemen strategis mahasiswa yang lain menyatakan sikap:
1. Melawan segala bentuk penggunaan politisasi SARA dalam politik dan mendorong terciptanya politik yang berkeadaban.
2. Melawan penggunaan hoax dalam Pemilu serta mendorong terciptanya Pemilu yang rasional
3. Menolak segala bentuk tindakan provokatif, politik pecah belah dan kampanye hitam, kekerasan dan praktik pembunuhan karakter.
4. Mengajak masyarakat untuk terlibat dalam suksesi Pemilu yang bermartabat, penuh integritas, jujur, adil aman dan demokratis dengan tetap mengindahkan perundangundangan yang beralku.
5. Mendorong para kontestan Pemilu untuk terlibat dalam menciptakan politik yang luhur dan adiluhung dengan tetap mengepankan politik yang santun serta
berkeadaban. (Raya Sanjiwani)
0 Comment