post image

Konsorsium Nusantaram Eva Raksamahe Ajukan Sultan HB II Sebagai Pahlawan Nasional

  • Administrator
  • 09 Mar 2024
  • Culture

Konsorsium Nusantaram Eva Ralsamahe yang berisi beberapa lembaga mendeklarasikan diri dan mengajukan Sri Sultan HB II sebagai Pahlawan Nasional, Sabtu (9/3/2024). (Foto: Raya Sanjiwani) 

(Yogyakarta DIY) Atas jasa-jasa Sultan HB II dalam menghadapi kolonial Belanda, lembaga atau konsorsium Nusantaram Eva Ralsamahe yang berisi beberapa lembaga di Yogyakarta dan Jawa Tengah menyampaikan kembali usulan menjadikan Sri Sultan HB II sebagai Pahlawan Nasional.

"Kami meminta dukungan dari Pemerintah di bawah Pak Jokowi maupun nanti presiden terpilih untuk mendukung warga desa Pagarejo, Kecamatan Kretek, Kabupaten Wonosobo yang menjadi tempat lahir Sri Sultan HB II untuk menjadikan Pahlawan Nasional. Saat ini Pemerintah Kabupaten Wonosobo ikut melengkapi bukti-bukti yang perlukan oleh TP2GD (Tim Peneliti dan Pengkajian Gelar Pusat),” ungkap Sekretaris Nusantara Eva Raksamahe, Suharno, Sabtu (9/3/2024).

Ia menambahkan konsorsium tersebut terdiri dari Yayasan Kapuk Salamba Arga, Yayasan Mandiri Jaya Utama, Arsa Nusantara Global, Yayasan Vasatii Socaning Lokika, Yayasan Geberjawa Semesta Mahardhika dan Pemerintah Desa Pagarejo, Kretek, Wonosobo.

Seluruh yayasan memiliki hikmat yang sama untuk merekomendasikan Sri Sultan HB II sebagai Pahlawan Nasional.

Selain itu, konsorsium juga akan melakukan berbagai agenda kebudayaan sekaligus meminta pemerintah Indonesia untuk mendorong pengembalian manuskrip asli Geger Sepehi oleh pemerintah Inggris.

“Kami akan terus bergerak, melakukan serangkaian upaya untuk meminta pertanggungjawaban peristiwa Geger Sapehi 1812 dalam bentuk permintaan maaf, dan pengembalian (repatriasi) benda cagar budaya Indonesia (warisan budaya) yang ada di museum-museum Kerajaan Inggris,” tandasnya.

Konsorsium tersebut mendesak pemerintah Inggris untuk mengembalikan 5 ribu lebih manuskrip Jawa yang diambil saat peristiwa Geger Sepehi pada 1812 silam.

RM Kukuh Hertriasning, Ketua Konsorsium Nusantaram Eva Raksamahe mengatakan dia menduga ada sekitar 5 ribu buku yang dibawa Thomas Stanford Raffles dari Mataram saat Geger Sepehi 1812 silam.

Akibatnya menurut dia, masyarakat Jawa mengalami masa gelap karena manuskrip yang menunjukkan berbagai hal terkait kehidupan dan ilmu pengetahuan yang dibawa ke Inggris.

"Ada momen putusnya mata rantai sejarah Mataram Kuno dengan setelah momen Geger Sepehi itu. Ada yang diambil Inggris, juga Spanyol tapi paling banyak di Inggris. Tahun lalu Belanda dan Inggris sudah beritikad baik mengembalikan naskah dalam bentuk foto di flashdisk tapi fisiknya belum. Kami inginnya yang asli," ungkapnya di sela deklarasi di Ndalem Benawan.

Di beberapa universitas Inggris, Romo Aning sapaan akrab Hertriasning menyebut, kitab-kitab dari Jawa yang banyak membahas terkait ilmu bumi diterima jadi bagian referensi belajar. Masyarakat Jawa yang menghargai gunung, laut sebagai entitas kehidupan yang dinilai jadi pelengkap bagi sains masyarakat barat.

"Kami kecolongan rasanya. Masyarakat Jawa sangat menghargai gunung, laut menjadi entitas kehidupan. Inggris ambil data itu tinggal dimatangkan dipadukan dengan sains menjadi ilmu pengetahuan umum yang kita ketahui sekarang ini. Pemberian kembali (manuskrip) hanya sebagian saja yang diberikan, kami yakin yang ilmu pengetahuan tetap disimpan," tandasnya.

Romo Aning juga menegaskan bahwa pihaknya siap menerima manuskrip asli dan akan menyimpannya di Museum Mataram yang diusulkan akan dibangun. (Raya Sanjiwani)

0 Comment