post image

PRABOWO GIBRAN MENANG DI KANDANG BANTENG BUKAN ANOMALI

  • Administrator
  • 16 Feb 2024
  • News

(Jakarta) Kemenangan Prabowo Gibran di kandang banteng atau basis PDIP bukan anomali dan ada dugaan kecurangan seperti yang dikatakan oleh Hasto Kristiyanto Sekretaris Jendral PDI Perjuangan dan Sekretaris TPN Ganjar Mahfud.

Menurut Wakil Komandan Golf (Relawan)
Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Gibran, Supriyanto ada beberapa hal yang tidak disadari oleh elit-elit PDIP meskipun dikatakan kandang banteng tetapi kemenangan PDIP di daerah basis seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta tidak pernah mutlak dalam arti mencapai lebih 50% sehingga Pilpres dan Pilkada sangat tergantung pada figur yang dicalonkan.

"Bahkan di Bali yang paling tinggi prosentase kemenangan PDIP dalam beberapa kali Pilkada dan Pilpres sebelum ada Jokowi juga calonnya kalah. Artinya antara Pileg Pilpres dan Pilkada itu punya dinamika yang berbeda," jelas Supriyanto.

Menurutnya, pada Pemilihan Presiden 2014 perolehan suara Jokowi jauh di atas suara PDIP karena ada tambahan dukungan tambahan dari PKB Nasdem dan kekuatan non partai dari relawan yang menggalang suara massa mengambang dan swing voter. Begitu juga dengan Pilpres 2019 perolehan suara Jokowi Maruf Amin jauh diatas suara PDIP karena tambahan suara partai pendukung koalisi seperti PKB Golkar PPP sangat signifiikan serta dukungan relawan Jokowi masih solid.

Pada pemilu kali ini Capres Cawapres Ganjar Mahfud hanya diusung dari partai parlemen PDIP dan  PPP tetapi backbone (tulang punggung) hanya PDIP karena di daerah basis Jawa Bali suara PPP tidak signifikan. Kemudian pernyataan elit PDIP yang selalu meremehkan relawan, membuat Relawan yang selama ini berjuang memenangkan Jokowi dan PDIP beralih dukungan kepada Prabowo Gibran yang didukung oleh koalisi mayoritas suara dan kursi di parlemen seperti Gerindra, Golkar, PAN dan Demokrat.

"Ketika pada kampanye kemarin banyak pernyataan elit PDIP yang blunder menyerang Presiden Jokowi dan nyinyir dengan program polulis Prabowo Gibran seperti makan siang dan susu gratis untuk anak sekolah, Bansos dan BLT yang sangat berguna bagi masyarakat bawah," jelasnya.

Supriyanto menyebut jiak elit PDIP justru lupa jika konstituen partai ini adalah wong cilik, kaum marhaen dan penggemar Jokowi. Sehingga sangat logis jika kemudian perolehan suara PDIP turun dan pendukungnya ikut memilih Prabowo Gibran yang melanjutkan Program populis Jokowi.

Hasil hitungan cepat (quick count) dari lembaga kredibel yang terdaftar di KPU sesuai mekanisme UU No 7 tahun 2017 telah memperlihatnya angka-angka yang tidak jauh berbeda. Bahwa perolehan suara PDIP meskipun unggu tetapi turun dari 20% menjadi 16% dan karena Ganjar Mahfud identik dengan Petugas Partai makanya suaranya juga tidak jauh berbeda dengan perolehan suara partainya sekitar 16 persen maksimum 20 persen saja. Fakta di TPS kampungya Hasto di Sleman PDIP unggul di Pileg tapi Prabowo Gibran menang di Pilpres.

Semestinya hasil Pemilu 2024 ini bisa menjadi evaluasi dan refleksi kenapa suara PDIP turun dan Ganjar Mahfud jadi juru kunci, bukan menyalahkan pihak lain. Kita hormati suara rakyat, dalam demokrasi suara rakyat adalah suara Tuhan “vox populi vox dei” dan sebagai Partai Nasionalis dapat memberikan dukungan pada tema Rekonsiliasi dan Persatuan Nasional yang diusung Capres Cawapres Prabowo Gibran sebagai pemenangnya.

"Memastikan janji kampanye diwujudkan, mengawal dan mengawasi Program Populis Kerakyatan seperti makan siang dan susu gratis bagi anak-anak sekolah yang dinikmati anak-anak wong cilik dan kaum marhaen sebagai konstituen terbesar partai," pungkas Supriyanto. (Raya Sanjiwani) 

0 Comment