Pundi dan Kemenag Sinergi Wujudkan Moderasi di Kalangan Muda
(Yogyakarta, DIY) – Festival Moderasi Keindonesiaan yang digelar oleh Yayasan Pegiat Pendidikan Indonesia (Pundi) bekerja sama dengan Kementerian Agama RI di Forriz Hotel, Yogyakarta, berhasil menyoroti pentingnya moderasi beragama, khususnya di kalangan generasi milenial dan Gen-Z. Para ahli dan pembicara sepakat bahwa generasi muda memiliki peran krusial dalam menjaga keberagaman dan kerukunan di Indonesia.
Festival Moderasi Keindonesiaan di Yogyakarta menjadi ajang yang strategis untuk membahas isu-isu terkini terkait moderasi beragama, khususnya dalam konteks generasi muda. Para ahli dan pembicara memberikan pandangan yang komprehensif mengenai pentingnya moderasi, tantangan yang dihadapi, serta solusi yang dapat diterapkan. Dengan fokus pada generasi muda, diharapkan nilai-nilai moderasi dapat terus tumbuh dan berkembang di Indonesia.
Direktur Eksekutif Pundi, Ari Susanto, menekankan bahwa program-program Pundi memang difokuskan pada penyemaian nilai-nilai moderasi di kalangan generasi muda. "Moderasi di kalangan generasi milenial dan gen-Z perlu digalakkan melalui media sosial karena generasi tersebut adalah generasi yang dekat dengan media sosial sehingga cenderung terpengaruh oleh pemahaman keagamaan yang parsial," ujar Ari.
Senada dengan Ari, Kepala Kantor Kemenag Kota Yogyakarta, H. Nadhif, S.Ag., M.Si., juga menyoroti pentingnya menanamkan nilai-nilai moderasi sejak dini.
"Moderasi adalah karakter kita, akar budaya kita," tegas Nadhif. Ia mengakui bahwa program moderasi Kemenag belum menyentuh kalangan mahasiswa secara maksimal, sehingga perlu adanya upaya lebih lanjut untuk melibatkan generasi muda dalam program-program moderasi.
Prof. Dr. Zuly Qodir, Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, memberikan pandangan yang menarik mengenai persepsi moderasi di kalangan masyarakat.
Menurutnya, banyak yang salah kaprah menganggap moderasi sebagai sikap yang tidak tegas. "Moderasi keindonesiaan adalah mencintai keberagaman," tegas Zuly. Ia juga menekankan pentingnya mempertimbangkan aspek ekonomi dalam konteks moderasi.
Sementara itu, Sunanto, S.H.I., M.H., Tenaga Ahli dan Juru Bicara Kemenag, menyoroti peran organisasi masyarakat dalam menyebarkan nilai-nilai moderasi. Namun, ia juga mengingatkan bahwa kita perlu mengkritisi narasi kebhinekaan yang seringkali dipolitisasi. "Hubungan relasi kemanusiaan adalah ketika keyakinan tidak bisa dipaksakan kepada orang lain," ujarnya.
Hatib Rachmawan, S.Pd., S.Th.I., M.Ag., Dosen Universitas Ahmad Dahlan, menekankan pentingnya pendidikan agama yang inklusif. "Pendidikan keagamaan harus disesuaikan dengan tahap perkembangan anak," kata Hatib. Ia juga mengingatkan bahwa benih-benih pemikiran ekstrim masih tumbuh di sekitar kita, sehingga peran pengajar agama yang inklusif sangat penting.
Para pembicara sepakat bahwa generasi milenial dan Gen-Z memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga keberagaman dan kerukunan di Indonesia. Mereka adalah generasi yang tumbuh di era digital dan memiliki akses yang luas terhadap informasi. Oleh karena itu, penting untuk memberikan mereka pemahaman yang benar tentang moderasi beragama. (Raya Sanjiwani)
0 Comment